Pesawat Israel Mengebom Markas Hamas di Qatar dan Semua Arab Menjadi Badut “Angry Donkey”

Pada 9 September 2025, Israel melancarkan serangan udara besar-besaran terhadap pemimpin Hamas di Doha, Qatar, yang dikenal sebagai Operation Summit of Fire. Serangan ini menargetkan sebuah kompleks perumahan di distrik Leqtaifiya, yang digunakan sebagai markas politik Hamas. Serangan tersebut mengakibatkan setidaknya enam orang tewas, termasuk putra dan ajudan Khalil al-Hayya, salah satu pemimpin senior Hamas, serta seorang petugas keamanan Qatar. Namun, al-Hayya dan pemimpin Hamas lainnya dilaporkan selamat dari serangan tersebut.

Israel mengklaim bahwa serangan ini sebagai respons terhadap serangan tembakan di Ramot Junction, Yerusalem, yang menewaskan enam orang dan melukai 21 lainnya. Namun, serangan ini terjadi di wilayah negara berdaulat yang tidak terlibat langsung dalam konflik tersebut, sehingga memicu kecaman internasional terhadap pelanggaran kedaulatan Qatar.

Pemerintah Qatar mengecam serangan ini sebagai “terorisme negara” dan menyatakan bahwa serangan tersebut menghancurkan harapan untuk pembebasan sandera yang masih ditahan oleh Hamas di Gaza. Qatar juga menegaskan bahwa peranannya sebagai mediator dalam upaya gencatan senjata kini terancam oleh tindakan Israel.

Serangan ini telah meningkatkan ketegangan regional dan internasional. Pemerintah Amerika Serikat, yang memiliki pangkalan militer besar di Qatar, menyatakan ketidaksetujuannya terhadap serangan tersebut dan berjanji untuk mencegah serangan serupa di masa depan.

Secara keseluruhan, serangan Israel di Doha menandai eskalasi signifikan dalam konflik ini dan menyoroti kompleksitas hubungan internasional di Timur Tengah.

Serangan dari Israel ke Qatar berjarak 2000 km, yang mustahil dilakukan tanpa bantuan Inggris UK dan Amerika US seperti biasanya.

Berdasarkan laporan dan analisis yang beredar, dugaan mengenai pengisian bahan bakar jet tempur Israel oleh pesawat tanker Amerika Serikat dan Inggris di udara memiliki beberapa dasar:

  • Pengerahan Pesawat Tanker: Ada laporan yang mengonfirmasi bahwa baik AS maupun Inggris telah mengerahkan pesawat tanker pengisian bahan bakar tambahan ke Timur Tengah. Misalnya, Angkatan Udara AS (USAF) dilaporkan memindahkan puluhan pesawat tanker, seperti KC-135 dan KC-46, ke kawasan tersebut di tengah eskalasi konflik antara Iran dan Israel. Demikian pula, Inggris mengonfirmasi telah mengirimkan aset tambahan, termasuk pesawat tanker.
  • Posisi dan Tujuan Logistik: Meskipun alasan resmi pengerahan ini adalah untuk “mendukung operasi berkelanjutan” atau “memperkuat postur pertahanan,” para analis militer menduga bahwa ini juga memberikan opsi logistik penting bagi Israel. Jet tempur modern seperti F-35 memiliki jangkauan operasional yang sangat jauh, tetapi pengisian bahan bakar di udara menjadi kritis untuk misi jarak jauh, seperti serangan ke Iran atau bahkan negara lain di Teluk.
  • Kerja Sama Militer yang Erat: Kerahasiaan seputar operasi pengisian bahan bakar ini didasarkan pada kerja sama militer yang sangat erat antara AS, Inggris, dan Israel. AS telah membangun fasilitas militer baru senilai miliaran dolar di Israel, termasuk infrastruktur untuk mendukung operasi pesawat pengisian bahan bakar. Hal ini menunjukkan adanya integrasi logistik yang memungkinkan transfer bahan bakar jika diperlukan.
  • Modifikasi Pesawat: Beberapa laporan juga menyebutkan bahwa AS dan Israel telah memodifikasi jet tempur F-35 untuk meningkatkan jangkauan operasional mereka. Meskipun tujuannya adalah agar jet dapat mencapai Iran tanpa perlu pengisian bahan bakar di negara ketiga, keberadaan pesawat tanker AS/Inggris di wilayah tersebut tetap menjadi opsi cadangan atau pendukung yang vital.
See also  Skandal Video Porno di Outdonesia (Luar Negeri) sejak Tahun 2000

Singkatnya, meskipun tidak ada bukti publik yang secara definitif menunjukkan bahwa pesawat tanker AS atau Inggris secara langsung mengisi bahan bakar jet tempur Israel dalam serangan spesifik (seperti di Doha), keberadaan mereka di wilayah tersebut dan kerja sama logistik yang mendalam memberikan dukungan yang memungkinkan. Dugaan ini menguat karena fakta bahwa pangkalan-pangkalan udara AS dan Inggris, seperti Pangkalan Udara Al-Udeid di Qatar, adalah pusat logistik utama di kawasan tersebut.

Dugaan Keterlibatan Inggris & AS

1. Keberadaan Militer di Qatar

  • AS punya Al-Udeid Air Base di Qatar → pangkalan terbesar AS di Timur Tengah (lebih dari 10.000 personel).
  • Inggris (RAF) juga punya kehadiran di Al-Udeid, berbagi fasilitas dengan AS.
  • Kehadiran ini memberi akses radar, tanker udara, intel satelit, dan kontrol wilayah udara.
    👉 Mustahil serangan udara besar masuk Doha tanpa terdeteksi oleh radar Al-Udeid.

2. Kemungkinan Dukungan Teknis

  • Tanker udara: Israel butuh pengisian bahan bakar untuk jarak sejauh itu. Tanker RAF atau USAF bisa secara diam-diam melakukan refueling.
  • Radar coverage: radar AS/UK bisa saja “menutup mata” beberapa menit → membiarkan jalur Israel terbuka.
  • Intelijen satelit & komunikasi: AS & UK memiliki kapasitas SIGINT (signals intelligence) untuk memberi info target di Doha.

3. Sejarah Dukungan

  • Dalam konflik sebelumnya (Irak, Suriah, Gaza), Israel sering mendapat dukungan logistik & intel dari AS, kadang dengan Inggris sebagai sekutu.
  • Tradisi lama: Inggris & AS jarang secara terbuka menentang operasi Israel, meski ada tekanan internasional.

4. Motif

  • AS & UK bisa melihat Hamas sebagai ancaman keamanan regional.
  • Qatar selama ini jadi mediator → jika Hamas hilang dari Doha, AS & UK bisa lepas dari “ketergantungan” pada diplomasi Qatar.
  • Dukungan diam-diam bisa menjaga hubungan baik dengan Israel tanpa perlu klaim publik.
See also  Memek sebagai Kata Vulgar dan Kata Lain

5. Alasan “Kemustahilan Teknis”

  • Radar Jordan, Saudi, dan Qatar seharusnya mendeteksi serangan.
  • Jika tidak ada laporan intersepsi → kemungkinan AS/UK memberi perlindungan teknis, misalnya:
    • Menyembunyikan rute di radar sipil/militer.
    • Menyediakan tanker agar Israel tidak harus lewat jalur terlalu panjang.
    • Mengawal dengan intelijen elektronik (EW).

⚖️ Kesimpulan

Tidak ada bukti resmi, tapi secara logika militer & geopolitik, dugaan bahwa AS & Inggris “ikut terlibat secara pasif/aktif” sangat masuk akal:

  • Mereka punya pangkalan di Qatar.
  • Mereka punya kemampuan untuk refueling & “membutakan radar”.
  • Mereka punya sejarah mendukung operasi Israel.

🕒 Dugaan Timeline Operasi Israel – Qatar (Doha)

1. Persiapan (Hari-H – beberapa jam sebelum serangan)

  • Israel: F-35I Adir & F-15I Ra’am disiapkan di Negev.
  • AS/UK: koordinasi intel satelit & sinyal target → posisi Hamas di Doha (Leqtaifiya).
  • Al-Udeid (Qatar): radar sekutu bisa diprogram untuk “blank spot” agar jalur Israel tak tercatat publik.

2. Take-off & Transit

  • Israel Air Force lepas landas dari Nevatim Airbase.
  • Rute: Selatan Israel → Timur Laut Jordan (low altitude) → Gurun Saudi.
  • Radar Jordan/Saudi seharusnya mendeteksi, tapi tidak ada reaksi → indikasi “blind spot” atau radar data ditutup sekutu.

3. Mid-Flight Refueling

  • Sekitar Arab Saudi Selatan / Teluk Arab,
    • Tanker USAF KC-135 / KC-46 atau RAF Voyager menyediakan refueling.
    • Refueling ini krusial → tanpa itu, F-35/F-15 tak mungkin bolak-balik Israel–Qatar dengan payload penuh.

4. Serangan di Doha

  • Jet Israel masuk dari arah laut (Teluk Arab) → menghindari radar darat Qatar.
  • Serangan presisi pada kompleks Hamas di Leqtaifiya.
  • Hanya berlangsung beberapa menit, lalu segera keluar.

5. Exit & Return

  • Jet keluar ke arah laut / Saudi Selatan, bukan langsung ke Israel.
  • Kemungkinan refueling kedua oleh tanker AS/UK sebelum kembali ke Negev.
  • Radar Al-Udeid (pangkalan AS/UK) jelas bisa merekam jalur, tapi data bisa ditahan → memberi “plausible deniability”.
See also  Kekayaan Mendagri Tito Karnavian

6. Pasca-Serangan

  • Israel klaim serangan berhasil (target Hamas).
  • Qatar mengecam → menyebut “terorisme negara”.
  • AS & UK resmi mengkritik (untuk diplomasi), tapi kemungkinan tahu penuh sejak awal.
  • Publikasi media: AS/UK jaga citra → “tidak terlibat”, tapi diam-diam mereka membiarkan operasi.

📌 Kesimpulan

Jika dilihat dari jalur teknis & politik:

  • Tanpa tanker & radar cover sekutu, serangan hampir mustahil.
  • Dugaan kuat: AS & Inggris paling tidak memberi “consent diam-diam” (minimal dengan tidak mengintersep dan menyediakan refueling).
Visited 9 times, 9 visit(s) today