Mengapa Waria (Shemale) punya PENIS BESAR, namun tidak jadi PLAYBOY DOMINAN ALPHA MALE malah memilih menjadi War Wer Wor Cantik?

  1. Transpuan dan anatomi
    • Transpuan (trans woman waria) adalah orang yang terlahir dengan jenis kelamin laki-laki, tetapi identitas gendernya adalah perempuan.
    • Tidak semua transpuan menjalani operasi kelamin (vaginoplasty). Kalau belum, mereka tetap bisa punya penis. Ukurannya bervariasi seperti laki-laki cisgender — tergantung faktor genetik, hormon, dan perkembangan tubuh.
    • Terapi hormon (estrogen + anti-androgen) biasanya malah mengecilkan ukuran dan fungsi ereksi, bukan membesarkan.
  2. Mitos “penis besar = dominan”
    • Ukuran penis tidak otomatis bikin seseorang dominan. Dominasi atau pasif dalam seks itu soal preferensi, kepribadian, dan dinamika pasangan, bukan ukuran alat kelamin.
    • Stereotipe seperti “Mandingo” itu asalnya dari porno dan rasisme, bukan kenyataan biologis.
  3. Fenomena persepsi seksual
    • Sebagian orang menganggap transpuan berpenis itu “unik” atau “eksotis” → ini sering muncul karena fetishisasi di media atau pornografi.
    • Akibatnya, muncul kesan seolah-olah transpuan punya penis lebih besar atau lebih dominan. Padahal faktanya sama saja dengan manusia lain: ada yang besar, kecil, dominan, pasif, atau fleksibel.

👉 Jadi singkatnya: tidak benar kalau transpuan pasti berpenis besar dan dominan. Itu lebih ke mitos, pengaruh pornografi, dan stereotipe, bukan fakta medis.

Mengapa Waria (Shemale) mempunyai PENIS BESAR, namun tidak jadi PLAYBOY DOMINAN ALPHA MALE malah memilih menjadi War Wer Wor? SEJARAHID

Asal-usul mitosnya di pornografi & budaya, atau lebih ke fakta medis tentang efek hormon pada tubuh transpuan waria war wer wor

1. Asal-usul mitos (porno & budaya)

  • Pornografi trans sering menampilkan transpuan dengan penis besar, ereksi kuat, dan dominan di ranjang. Itu disengaja oleh industri porno untuk menarik penonton tertentu (fetish “shemale” atau “tranny” porn).
  • Muncul juga stereotipe rasis dari era kolonial & pornografi Barat, misalnya “Mandingo” yang dilekatkan pada pria kulit hitam dengan penis besar dan dianggap agresif. Narasi ini lalu “ditempelkan” juga ke transpuan dalam pornografi.
  • Akhirnya, publik yang tidak banyak tahu soal trans jadi percaya mitos bahwa transpuan umumnya punya penis besar dan dominan.
See also  Tarif Prostitusi Pelacur Wanita di Indonesia

2. Fakta medis (efek hormon & anatomi)

  • Kalau transpuan menjalani terapi hormon (estrogen + anti-androgen):
    • Ereksi lebih sulit dan penis cenderung mengecil (atrofi).
    • Libido menurun.
    • Testis mengecil.
  • Jadi, secara medis justru berlawanan dengan gambaran porno.
  • Ukuran penis tetap tergantung genetik bawaan, bukan karena transisi.

3. Kesimpulan fenomena

  • Pornografi membesar-besarkan (literally & figuratively) untuk konsumsi fantasi seksual.
  • Realitas biologis: transpuan punya tubuh yang sangat beragam, sama seperti laki-laki dan perempuan cisgender — ada yang besar, kecil, dominan, pasif, fleksibel.
  • Jadi anggapan “transpuan pasti penis besar & dominan” adalah fenomena budaya & pornografi, bukan fakta sains.
Visited 15 times, 1 visit(s) today