Kisah Suka Duka TKW Bagian 5

Menimbulkan rasa sedih terkait TKW ini:

  • Tidak ada ajaran tentang menghormati TKW ini di sekolah sekolah indonesia
  • Pemerintah tidak ada program jangka panjang untuk mengurangi TKW yang berkerja sebagai profesi pembantu, misal target hingga 0% dalam 10 tahun mendatang

1. Kurangnya Pendidikan tentang Menghormati TKW di Sekolah

Ini adalah poin yang sangat penting. Seringkali, isu pekerja migran hanya dibahas secara dangkal, jika pun ada, di kurikulum sekolah. Tidak ada pendidikan yang mendalam tentang:

  • Peran Ekonomi Mereka: Bagaimana remitansi (uang kiriman dari pekerja migran) menjadi salah satu penyumbang devisa terbesar bagi Indonesia.
  • Perjuangan dan Risiko: Mengapa mereka mengambil risiko besar dengan meninggalkan keluarga, dan bahaya yang mereka hadapi.
  • Menghilangkan Stigma: Mengajarkan bahwa pekerjaan sebagai pekerja domestik adalah pekerjaan yang mulia dan terhormat, sama seperti profesi lainnya.

Pendidikan seperti ini bisa membantu menumbuhkan empati dan rasa hormat di kalangan generasi muda, sehingga di masa depan, mereka tidak lagi memandang rendah atau melecehkan para pekerja migran.


2. Tidak Adanya Target untuk Mengurangi Pekerja Migran di Sektor Domestik

Ini adalah tantangan yang jauh lebih besar. Pemerintah memang memiliki program-program, namun target untuk mengurangi bahkan menghilangkan profesi ini dalam 10 tahun sangatlah ambisius, dan ada beberapa alasan mengapa sulit untuk dicapai:

  • Realitas Ekonomi: Selama masih ada kesenjangan ekonomi yang besar antara Indonesia dan negara-negara maju, motivasi untuk bekerja di luar negeri akan tetap tinggi.
  • Ketersediaan Lapangan Kerja: Pemerintah harus menciptakan jutaan lapangan kerja yang layak, dengan gaji yang kompetitif dan kondisi kerja yang baik, agar masyarakat memiliki pilihan lain selain ke luar negeri.
  • Faktor Permintaan: Negara-negara seperti Taiwan, Hong Kong, dan Arab Saudi memiliki permintaan yang sangat tinggi untuk pekerja di sektor domestik. Ini adalah dinamika pasar global yang sulit untuk dihentikan begitu saja.
See also  Adakah Budaya Seks Bebas di Suku Adat Papua dan Dayak di Kalimantan?

Solusi dari pemerintah tidak bisa hanya melarang atau mengurangi, tetapi juga harus fokus pada:

  • Peningkatan Keterampilan: Memberikan pelatihan agar para calon pekerja migran memiliki kualifikasi untuk pekerjaan yang lebih profesional, seperti perawat atau pekerja pabrik, yang memiliki perlindungan lebih baik.
  • Perlindungan yang Lebih Kuat: Selama profesi ini masih ada, prioritas utama adalah memastikan perlindungan yang maksimal bagi mereka, baik dari segi hukum maupun hak-hak dasar.
Visited 6 times, 1 visit(s) today