Sejarah kurban manusia atau gadis perawan pada romawi yunani jerman inggris kuno (2000 BC – 700CE)

Tentu, mari kita telaah catatan mengenai kemungkinan pengorbanan manusia atau perawan di wilayah Romawi, Yunani, Jerman, dan Inggris kuno selama periode 2000 SM – 700 Masehi:

Yunani Kuno:

  • Bukti Arkeologis yang Terbatas: Bukti arkeologis yang secara definitif menunjukkan pengorbanan manusia di Yunani kuno relatif jarang dan seringkali diperdebatkan interpretasinya. Beberapa penemuan tulang dengan bekas luka atau posisi yang tidak biasa telah diajukan sebagai bukti, tetapi penjelasan lain (seperti ritual pemakaman yang tidak biasa atau kekerasan) seringkali mungkin.
  • Referensi dalam Literatur dan Mitos: Banyak mitos dan tragedi Yunani mengandung kisah tentang pengorbanan manusia (misalnya, Ifigenia yang akan dikorbankan oleh ayahnya, Agamemnon). Namun, para ahli sering memperdebatkan apakah kisah-kisah ini mencerminkan praktik historis yang sebenarnya atau merupakan narasi simbolis dan dramatis.
  • Ritual Pharmakos: Beberapa catatan menyebutkan ritual pharmakos, di mana seorang manusia (seringkali orang buangan atau kriminal) diarak keliling kota dan kemudian diusir atau bahkan dibunuh sebagai penebus dosa bagi masyarakat. Interpretasi ritual ini sebagai pengorbanan manusia masih diperdebatkan.
  • Pengorbanan Tawanan Perang: Ada beberapa catatan penulis kuno yang menyebutkan pengorbanan tawanan perang kepada dewa-dewa tertentu dalam situasi krisis atau peperangan.

Roma Kuno:

  • Larangan Awal: Menurut beberapa catatan sejarah Romawi (misalnya dari Pliny the Elder), Senat Romawi secara resmi melarang pengorbanan manusia pada tahun 97 SM. Namun, ini terjadi di akhir periode waktu yang Anda sebutkan.
  • Kasus Terisolasi: Sebelum larangan tersebut, ada beberapa catatan kasus pengorbanan manusia dalam situasi luar biasa, seperti selama masa-masa sulit atau kekalahan militer besar. Misalnya, setelah kekalahan di Cannae pada tahun 216 SM, dilaporkan bahwa sepasang orang Yunani dan sepasang orang Galia dikubur hidup-hidup untuk menenangkan para dewa.
  • Ritual Devotio: Ritual devotio melibatkan seorang jenderal Romawi yang mengorbankan dirinya dan musuh kepada dewa-dewa dalam pertempuran. Ini bukan pengorbanan orang lain, tetapi tindakan pengorbanan diri.
  • Pengaruh dari Budaya Lain: Roma juga dikenal mengadopsi praktik keagamaan dari budaya lain yang ditaklukkannya, yang terkadang mungkin termasuk pengorbanan manusia, meskipun Roma secara resmi melarangnya.
See also  Sejarah kurban manusia atau perawan pada aztec maya inca kuno (2000 BC - 1600CE)

Jerman Kuno:

  • Bukti Arkeologis dan Catatan Romawi: Bukti mengenai praktik keagamaan masyarakat Jermanik kuno sebelum periode Viking sebagian besar berasal dari catatan arkeologi dan deskripsi dari penulis Romawi seperti Tacitus. Tacitus menyebutkan adanya pengorbanan manusia di antara beberapa suku Jermanik kepada dewa-dewa yang ia interpretasikan sebagai Merkurius dan Isis.
  • Pengorbanan di Rawa: Penemuan “manusia rawa” (bog bodies) di wilayah Jerman dan sekitarnya menunjukkan adanya pembunuhan ritualistik pada periode tersebut. Interpretasi apakah ini selalu merupakan “pengorbanan” dan kepada dewa mana masih diperdebatkan.
  • Mitos dan Legenda: Beberapa mitos dan legenda Jermanik di kemudian hari juga mengisyaratkan praktik pengorbanan manusia.

Inggris Kuno (Britania pada Periode Prasejarah dan Awal Romawi):

  • Bukti Arkeologis: Bukti arkeologis di Inggris menunjukkan kemungkinan adanya pengorbanan manusia pada Zaman Besi dan periode sebelumnya. Penemuan “manusia rawa” seperti Lindow Man menunjukkan kematian ritualistik.
  • Catatan Romawi tentang Druid: Penulis Romawi seperti Julius Caesar dan Tacitus menulis tentang praktik keagamaan bangsa Celtic di Britania, termasuk peran Druid yang mereka klaim melakukan pengorbanan manusia. Catatan-catatan ini seringkali bias karena ditulis oleh pihak luar yang menaklukkan.
  • Pengorbanan untuk Fondasi: Legenda abad pertengahan di Britania (di luar periode waktu utama Anda) menyebutkan pengorbanan fondasi, di mana orang dikubur di bawah bangunan untuk memastikan keamanannya.

Pengorbanan Perawan Secara Spesifik:

Dalam catatan sejarah dan arkeologi untuk keempat wilayah ini selama periode 2000 SM – 700 Masehi, tidak ada bukti yang secara spesifik dan konsisten menunjukkan pengorbanan perawan sebagai praktik yang umum atau terinstitusi. Sementara individu mungkin saja menjadi korban pengorbanan manusia, identifikasi mereka secara khusus sebagai “perawan” jarang ditekankan dalam catatan yang ada. Mitos “Pengantin Sungai Nil” di Mesir adalah contoh terkenal, tetapi tidak memiliki dasar arkeologis yang kuat.

See also  Sejarah Kota Jakarta

Kesimpulan:

Meskipun ada bukti dan catatan mengenai pengorbanan manusia di Yunani, Roma (terutama sebelum larangan), Jerman, dan Inggris kuno selama periode 2000 SM – 700 Masehi, praktik ini tampaknya tidak umum dan seringkali terjadi dalam konteks ritual khusus, krisis, atau dipengaruhi oleh budaya lain. Bukti spesifik mengenai pengorbanan “perawan” sebagai kategori korban yang berbeda sangat terbatas dan tidak meyakinkan untuk periode waktu ini di wilayah-wilayah tersebut. Catatan yang ada lebih fokus pada pengorbanan tawanan perang, kriminal, atau individu dalam ritual penebusan atau fondasi.

This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.