Berikut adalah kronologi serta ringkasan utama dari kasus korupsi terkait ekspor turunannya Crude Palm Oil (CPO) dan sitaan yang disebut sejumlah media senilai sekitar Rp 13 triliun, sebagaimana disampaikan oleh Prabowo Subianto.

Kronologi Singkat
Berikut tahapan penting yang telah terungkap hingga saat ini:
Waktu | Peristiwa utama |
---|---|
Periode Januari 2021–Maret 2022 | Diduga terjadi praktik yang menyimpang dalam pemberian fasilitas ekspor CPO dan turunannya. PT. Kontan Grahanusa Mediatama+1 |
April 2022 | Kejaksaan Agung RI (Kejagung) mengumumkan empat tersangka, termasuk pejabat eselon I di Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (Kemendag) dan beberapa manajer korporasi. PT. Kontan Grahanusa Mediatama+1 |
2023 | Penyelidikan terus berjalan terkait ekspor CPO, termasuk pemanggilan tokoh-terkait dan perluasan cakupan. CNBC Indonesia |
Pertengahan 2025 | Korporasi besar seperti Wilmar Group, Musim Mas Group dan Permata Hijau Group disebut sebagai pihak yang terlibat. jatim.co+1 |
20 Oktober 2025 | Penyerahan uang pengganti kerugian negara senilai skitar Rp 13,25 triliun oleh Kejagung, disaksikan Presiden Prabowo. detikcom+2Tempo+2 |
Detail Angka & Sitaan
- Total yang disita dan diserahkan: Rp 13.255.244.538.149. detikcom+1
- Korporasi yang telah menyerahkan sebagian besar:
- Wilmar Group: ~Rp 11,880 triliun. CNBC Indonesia+1
- Musim Mas: ~Rp 1,18 triliun. detikcom
- Permata Hijau: ~Rp 186,43 miliar. detikcom
- Menurut pihak Kejagung: masih terdapat kurang sekitar Rp 4,4 triliun yang belum diserahkan dari korporasi tertentu. Radarnostop.co
Perkara Utama & Modus
- Modus yang dilaporkan: pemberian fasilitas ekspor CPO dan turunannya kepada perusahaan yang diduga belum memenuhi kewajiban domestik (DMO/DPO) sebagaimana regulasi Kemendag, namun tetap diberikan izin ekspor. CNBC Indonesia+1
- Ada unsur dugaan suap atau gratifikasi: beberapa perusahaan dan oknum pejabat/manajemen terindikasi melakukan pembayaran agar izin atau persetujuan ekspor diberikan walaupun persyaratan internal/regulatori belum terpenuhi. Pendidikan Sains FMIPA Unesa+1
- Kerugian negara dan potensi dampak ekonomi: selain kerugian langsung keuangan negara, kasus ini juga disinyalir mempengaruhi kestabilan harga dan ketersediaan minyak goreng domestik. PT. Kontan Grahanusa Mediatama+1
Pernyataan Presiden
- Presiden Prabowo menyebut bahwa dana sekitar Rp 13 triliun tersebut bisa digunakan untuk merenovasi lebih dari 8.000 sekolah di Indonesia. detiknews+1
- Juga disebut dana itu bisa untuk membangun sekitar 600 kampung nelayan, dengan asumsi satu kampung membutuhkan anggaran ~Rp 22 miliar. detikcom+1
- Presiden menyebut kejadian penyerahan itu sebagai “pertanda baik” di tahun pertama pemerintahan. detiknews+1
Catatan & Hal yang Masih Perlu Diklarifikasi
- Meskipun uang sudah diserahkan, proses hukum terhadap pihak-terkait belum semuanya berakhir. Ada korporasi yang masih dalam proses pembayaran dan ada kasus terkait suap/keputusan pengadilan yang masih dipertanyakan. Pendidikan Sains FMIPA Unesa+1
- Ada perhatian bahwa nominal Rp 13 triliun yang disebut merupakan hasil pengembalian dan sitaan; bisa jadi detail kerugian negara yang sebenarnya lebih besar atau kurang jelas.
- Media mencatat bahwa meskipun disebut “tumpukan uang”, tampilan fisik tidak mencerminkan seluruh nilai nominal—ada peringatan bahwa jumlah yang “ditampilkan” belum mencakup semua.
BACA LEBIH LANJUT
Latar Belakang
Kasus ini bermula dari kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) dan Domestic Price Obligation (DPO) yang mengatur kewajiban perusahaan kelapa sawit untuk memasok kebutuhan dalam negeri sebelum melakukan ekspor. Namun dalam praktiknya, sejumlah perusahaan diduga memperoleh izin ekspor meskipun tidak memenuhi kewajiban tersebut. Hal ini menyebabkan kelangkaan dan kenaikan harga minyak goreng di pasar domestik.
Kronologi Peristiwa Penting
Januari 2021 – Maret 2022
- Periode terjadinya dugaan pelanggaran aturan ekspor CPO.
- Perusahaan-perusahaan sawit tetap mendapat izin ekspor meskipun tidak memenuhi syarat DMO/DPO.
April 2022
- Kejaksaan Agung menetapkan empat tersangka awal:
- Indrasari Wisnu Wardhana (Dirjen Perdagangan Luar Negeri, Kemendag)
- Master Parulian Tumanggor (Komisaris PT Wilmar Nabati Indonesia)
- Stanley MA (Senior Manager Corporate Affairs PT Musim Mas)
- Pupung Heru Setiawan (General Manager PT Permata Hijau Group)
2023
- Pemeriksaan terhadap pihak-pihak terkait terus berlanjut. Nama sejumlah korporasi besar seperti Wilmar Group, Musim Mas Group, dan Permata Hijau Group semakin kuat diduga terlibat.
Pertengahan 2025
- Kejagung menegaskan dugaan keterlibatan tiga grup besar sawit dalam skema ekspor ilegal.
- Total kerugian negara yang teridentifikasi mencapai puluhan triliun rupiah.
20 Oktober 2025
- Kejagung menyerahkan uang sitaan/hasil pengembalian kerugian negara sebesar Rp 13,25 triliun kepada pemerintah, disaksikan Presiden Prabowo.
- Presiden menyebut dana ini bisa merenovasi lebih dari 8.000 sekolah dan membangun 600 kampung nelayan.
Rincian Uang Sitaan
- Wilmar Group: Rp 11,88 triliun
- Musim Mas Group: Rp 1,18 triliun
- Permata Hijau Group: Rp 186,43 miliar
- Total diserahkan: Rp 13,25 triliun
- Sisa belum diserahkan: sekitar Rp 4,4 triliun dari pihak korporasi tertentu
Modus Operandi
- Pemberian izin ekspor meskipun perusahaan tidak memenuhi kewajiban DMO/DPO.
- Dugaan adanya suap/gratifikasi kepada pejabat untuk memuluskan persetujuan ekspor.
- Dampaknya adalah kelangkaan minyak goreng dalam negeri dan kerugian besar bagi negara.
Dampak dan Tindak Lanjut
- Ekonomi: lonjakan harga minyak goreng di 2022, merugikan masyarakat.
- Hukum: sejumlah pejabat dan pengusaha sudah menjadi tersangka, namun proses hukum terhadap pihak korporasi masih berjalan.
- Keuangan Negara: uang sitaan Rp 13 triliun sudah masuk ke kas negara.
Pernyataan Presiden Prabowo
- Menyebut pengembalian uang sitaan ini sebagai pertanda baik bagi pemerintahan.
- Dana bisa digunakan untuk pembangunan sektor pendidikan dan perikanan.
- Menegaskan komitmen pemberantasan korupsi di sektor strategis seperti pangan dan energi.
Catatan Penting
- Nominal Rp 13 triliun adalah hasil pengembalian dan sitaan; total kerugian negara bisa lebih besar.
- Proses hukum belum tuntas; masih ada uang yang belum dikembalikan.
- Kasus ini menjadi salah satu skandal korupsi terbesar dalam sejarah industri kelapa sawit Indonesia.
BACA:
Jadi, tumpukan uang Rp 13 triliun yang ditampilkan Kejagung bukan berarti seluruhnya ditarik dalam bentuk tunai dari bank para tersangka. Mekanismenya kira-kira begini:
1. Sumber Uang
- Uang sitaan berasal dari pembayaran uang pengganti (asset recovery) oleh perusahaan yang terlibat, misalnya Wilmar Group, Musim Mas, dan Permata Hijau Group.
- Sebagian ada yang berbentuk setoran langsung ke rekening Kejaksaan Agung/Kas Negara.
- Jadi bukan murni “uang tunai hasil penggeledahan”, tapi lebih ke hasil penyitaan aset likuid dan transfer pembayaran kewajiban pengganti kerugian negara.
2. Prosesnya
- Setelah korporasi dinyatakan bersalah atau mencapai kesepakatan untuk membayar kerugian negara, mereka mentransfer dana dari rekening perusahaan (Bank) ke rekening penampungan Kejaksaan.
- Sebagian dana kemudian dikonversi/ditampilkan dalam bentuk tunai untuk keperluan simbolis/seremonial, sehingga muncul kesan “gunungan uang”.
- Faktanya, mayoritas Rp 13 triliun itu tetap tersimpan di sistem perbankan, bukan disimpan dalam brankas uang kertas.
3. Kenapa Ada Tumpukan Uang di Foto?
- Kejagung dan pemerintah menampilkan fisik uang (paket bundelan rupiah) untuk menunjukkan bukti nyata kepada publik.
- Biasanya yang dipajang hanya sebagian kecil dari total, karena logistik dan keamanan tidak memungkinkan memajang Rp 13 triliun dalam bentuk fisik (secara fisik, Rp 13 triliun pecahan Rp 100 ribu beratnya lebih dari 130 ton!).
- Jadi itu uang tunai simbolis, sisanya tercatat dalam rekening kas negara.
👉 Singkatnya: asal uang sitaan Rp 13T adalah transfer pembayaran dari rekening perusahaan/tersangka ke rekening Kejaksaan, lalu sebagian kecil ditampilkan tunainya.
UANG IDR 13 TRILIUN JIKA DITUMPUK SEMUA
Ringkasannya:
- Jika semua dalam pecahan Rp100.000:
- Rp13,00T ≈ 130 juta lembar, berat ≈ 130 ton, tinggi tumpukan satu kolom ≈ 13 km, volume ≈ 127,6 m³ → kira-kira 4 kontainer 20-ft kalau diisi rapat.
- Rp13,25T ≈ 132,5 juta lembar, berat ≈ 132,5 ton, tinggi ≈ 13,2 km, volume ≈ 130,0 m³ → sekitar 4 kontainer 20-ft.
- Jika semua dalam pecahan Rp50.000:
- Lembarnya dua kali lipat (260–265 juta lembar), jadi berat 260–265 ton, tinggi 26–26,5 km, volume 255–260 m³ → ±8 kontainer 20-ft.
Asumsi yang kupakai (umum di perbankan): 1 lembar ≈ 1 gram, tebal ≈ 0,1 mm, ukuran rupiah ≈ 151×65 mm. Jadi “gunungan uang” yang kamu lihat di foto itu pasti hanya sebagian kecil untuk keperluan simbolis—selebihnya tetap berupa saldo di rekening kas negara.