
Latar Belakang Kasus
Polda Metro Jaya telah menetapkan delapan orang sebagai tersangka terkait kasus pencemaran nama baik, fitnah, dan manipulasi data melalui tudingan ijazah palsu Presiden Republik Indonesia ke-7, Joko Widodo (Jokowi). Penetapan tersangka ini dilakukan setelah melalui proses asistensi dan gelar perkara yang melibatkan pengawas internal dan eksternal, serta para ahli di bidang pidana, ITE, sosiologi hukum, dan bahasa.
Kasus ini bermula dari enam laporan polisi yang ditangani Subdit Keamanan Negara Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, termasuk laporan yang dibuat langsung oleh Bapak Joko Widodo terkait dugaan pencemaran nama baik dan fitnah. Kasus ini kemudian ditingkatkan ke tahap penyidikan pada Kamis (10/7/2025). Tudingan mengenai ijazah palsu ini telah menimbulkan keresahan publik dan dianggap merusak kehormatan serta nama baik kepala negara.
š Ringkasan Singkat: 8 Tersangka Kasus Ijazah Palsu Jokowi
Polda Metro Jaya menetapkan 8 orang sebagai tersangka dalam kasus tudingan ijazah palsu Presiden Joko Widodo (Jokowi) atas dugaan pencemaran nama baik, fitnah, dan manipulasi data.
Fokus Detail Penting 8 Tersangka Dibagi menjadi dua klaster: Klaster 1 (5 orang: ES, KTR, MRF, RE, DHL) dan Klaster 2 (3 orang: RS, RHS, TT). Dasar Hukum Dikenakan pasal berlapis dari KUHP (Pasal 310, 311, 160) dan UU ITE (termasuk Pasal 27A, 28 Ayat 2, 32 Ayat 1, dan 35). Ancaman Maksimal Ancaman hukuman maksimal bervariasi, namun yang terberat adalah hingga 12 tahun penjara (untuk dugaan pemalsuan data elektronik/Pasal 35 UU ITE) jika terbukti bersalah. Latar Belakang Penetapan tersangka dilakukan setelah gelar perkara dan asistensi ahli, menindaklanjuti enam laporan polisi, termasuk laporan langsung dari Presiden Jokowi.
Identitas 8 Tersangka
Kapolda Metro Jaya Irjen Asep Edi Suheri membagi para tersangka ke dalam dua klaster berdasarkan dugaan peran dan penerapan pasal yang berbeda:
š¤ Nama Lengkap 8 Tersangka Kasus Tudingan Ijazah Palsu Jokowi
Para tersangka dibagi menjadi dua klaster dengan inisial dan nama lengkap sebagai berikut:
| Klaster | Inisial | Nama Lengkap Tersangka | Keterangan |
| Klaster Pertama (5 Tersangka) | ES | Eggi Sudjana | Pengacara |
| KTR | Kurnia Tri Rohyani | Aktivis TPUA | |
| MRF | Muhammad Rizal Fadhillah | Aktivis TPUA | |
| RE | Rustam Effendi | Aktivis TPUA | |
| DHL | Damai Hari Lubis | Pengacara dan Ketua TPUA | |
| Klaster Kedua (3 Tersangka) | RS | Roy Suryo | Eks Menteri Pemuda dan Olahraga |
| RHS | Rismon Hasiholan Sianipar | Ahli Digital Forensik | |
| TT | Tifauzia Tyassuma | Dokter Tifa |
Sumber Pasal KUHP dan UU ITE yang Disangkakan
Para tersangka dijerat dengan kombinasi pasal dari Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) beserta perubahannya.
Klaster Pertama (ES, KTR, MRF, RE, DHL):
| Regulasi | Pasal yang Disangkakan | Keterangan Singkat Pasal |
| KUHP | Pasal 310 dan/atau Pasal 311 dan/atau Pasal 160 | Pencemaran nama baik, fitnah, dan penghasutan. |
| UU ITE | Pasal 27A juncto Pasal 45 Ayat (4) dan/atau Pasal 28 Ayat 2 juncto Pasal 45 A Ayat 2 | Penyerangan kehormatan/nama baik dan penyebaran berita bohong yang menimbulkan kerugian. |
Klaster Kedua (RS, RHS, TT):
| Regulasi | Pasal yang Disangkakan | Keterangan Singkat Pasal |
| KUHP | Pasal 310 dan/atau Pasal 311 | Pencemaran nama baik dan/atau fitnah. |
| UU ITE | Pasal 32 Ayat 1 Juncto Pasal 48 Ayat 1 | Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apapun mengubah, menambah, mengurangi, melakukan transmisi, merusak data elektronik. |
| UU ITE | Pasal 35 Juncto Pasal 51 Ayat 1 | Pemalsuan dengan sengaja mengubah, menambah, mengurangi, atau menghilangkan informasi elektronik dengan tujuan agar informasi tersebut dianggap seolah-olah data yang otentik. |
| UU ITE | Pasal 27A Juncto Pasal 45 Ayat 4 | Penyerangan kehormatan/nama baik. |
| UU ITE | Pasal 28 Ayat 2 Juncto Pasal 45a Ayat 2 | Penyebaran informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA). |
Ancaman Hukuman Maksimal Penjara
Ancaman hukuman maksimal yang dapat dikenakan kepada para tersangka bervariasi tergantung pada pasal yang terbukti dilanggar:
| Pasal Pidana Pokok | Regulasi | Ancaman Hukuman Penjara Maksimal |
| Pencemaran (Pasal 310 KUHP) | KUHP | 9 bulan (jika tertulis/menggunakan media cetak/gambar) |
| Fitnah (Pasal 311 KUHP) | KUHP | 4 tahun |
| Penghasutan (Pasal 160 KUHP) | KUHP | 6 tahun |
| Pasal 27A juncto Pasal 45 Ayat (4) | UU ITE | 4 tahun dan/atau denda paling banyak Rp 750.000.000 (pencemaran, penyerangan kehormatan/nama baik) |
| Pasal 28 Ayat 2 juncto Pasal 45A Ayat 2 | UU ITE | 6 tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1.000.000.000 (penyebaran informasi SARA) |
| Pasal 32 Ayat 1 juncto Pasal 48 Ayat 1 | UU ITE | 8 tahun dan/atau denda paling banyak Rp 2.000.000.000 (merusak/mengubah data elektronik) |
| Pasal 35 juncto Pasal 51 Ayat 1 | UU ITE | 12 tahun dan/atau denda paling banyak Rp 12.000.000.000 (pemalsuan data dengan tujuan agar dianggap otentik) |
Kesimpulan: Dengan dijeratnya pasal-pasal berlapis, terutama dari UU ITE yang memiliki ancaman hukuman cukup tinggi, para tersangka menghadapi potensi hukuman penjara yang signifikan, bahkan mencapai 12 tahun penjara untuk dugaan pemalsuan data elektronik (Pasal 35 juncto Pasal 51 Ayat 1 UU ITE), apabila terbukti bersalah di pengadilan. Proses penyidikan lebih lanjut akan menentukan sejauh mana peran masing-masing tersangka dan pasal mana yang paling tepat dikenakan.