
SEJARAHID Dalam Al-Qur’an, sosok Firaun digambarkan sebagai simbol kezaliman. Ia dikenal karena memperbudak Bani Israil, menindas mereka dengan kerja paksa, dan menolak ajakan Nabi Musa meski telah diperlihatkan berbagai tanda kebesaran Allah. Kisahnya diabadikan sebagai contoh penguasa sombong yang mengaku sebagai tuhan, membangkang terhadap kebenaran, dan akhirnya ditenggelamkan bersama bala tentaranya di Laut Merah. Dalam perspektif kitab suci, Firaun adalah figur yang dibully oleh sejarah teologis sebagai lambang tirani.
Silahkan baca:
Namun, catatan sejarah Mesir kuno memperlihatkan sisi lain yang ironis. Sebelum masa keemasan dinasti baru, Mesir pernah ditaklukkan bangsa Hyksos, penguasa asing yang mengendalikan Delta Nil selama hampir satu abad. Pada masa itu, orang Mesir asli sendiri sempat menjadi warga kelas dua di negerinya, tunduk di bawah dominasi bangsa luar. Situasi ini melahirkan dendam sejarah sekaligus semangat perlawanan.
📌 Siapa Hyksos?
- Asal-usul: Hyksos (dari bahasa Mesir heqa khasut, artinya “penguasa negeri asing”) adalah sekelompok bangsa asing yang menguasai Mesir Hilir (Delta Nil) sekitar 1650–1550 SM.
- Identitas etnis: Mereka bukan Mesir asli, melainkan campuran bangsa dari Levant (Suriah–Kanaan), kemungkinan besar orang Semit Barat.
- Bahasa & budaya: Banyak nama penguasa Hyksos (seperti Apophis, Khayan) memiliki akar Semit. Artefak dan catatan sejarah menunjukkan mereka membawa teknologi baru ke Mesir, seperti kereta kuda, busur komposit, dan senjata perunggu.
- Ibu kota: Avaris (di Delta Timur, dekat daerah yang kelak menjadi Tanis).
📌 Apakah Hyksos orang Yahudi?
- Tidak. Hyksos bukan bangsa Israel/Yahudi.
- Mereka adalah bangsa Semit Levant (mirip dengan orang Kanaan, Amori, Fenisia, dan mungkin juga berhubungan dengan Aram).
- Bangsa Israel sendiri (berdasarkan tradisi kitab suci) baru muncul setelah masa para leluhur (Abraham, Ishak, Yakub), dan baru berkembang menjadi komunitas besar di Mesir setelah generasi Yusuf. Itu berarti Israel sebagai bangsa muncul setelah atau di akhir periode Hyksos, bukan identik dengan Hyksos.
📌 Kenapa kadang dikaitkan dengan Yahudi?
- Karena Hyksos adalah bangsa Semit dari Levant yang sempat berkuasa di Mesir, sebagian sejarawan abad ke-19 menduga ada kaitan antara Hyksos dengan kisah Bani Israil dalam Alkitab.
- Tapi penelitian modern membedakannya: Hyksos adalah kelompok penakluk asing yang memerintah Mesir, sementara Bani Israil dalam narasi kitab suci adalah kelompok budak/tertindas di Mesir.
Ketika akhirnya Firaun berhasil mengusir Hyksos dan menegakkan kembali kejayaan Mesir, ia dipandang sebagai pahlawan nasional. Ia bukan hanya mengembalikan kedaulatan, tetapi juga memperluas kekuasaan hingga ke wilayah Levant. Ironisnya, dalam proses kebangkitan itu ia mengulangi pola dominasi yang dulu dialami bangsanya sendiri, dengan memperbudak bangsa asing — termasuk komunitas Ibrani yang kelak dikenal sebagai Bani Israil. Dari sudut pandang Mesir, Firaun adalah raja besar; dari sudut pandang kitab suci, ia justru tampil sebagai tiran.
Kontras inilah yang membuat Firaun menjadi figur kompleks. Di satu sisi, ia dikenang oleh bangsanya sebagai penyelamat Mesir dari penjajahan asing. Di sisi lain, kitab suci menempatkannya sebagai simbol kesombongan dan kezaliman yang harus dijadikan pelajaran abadi. Narasi ganda ini menunjukkan bagaimana sejarah dan iman dapat membentuk penilaian yang sangat berbeda terhadap satu tokoh yang sama.
Akhirnya, kisah Firaun mengajarkan bahwa kekuasaan memiliki dua wajah: ia bisa melahirkan pahlawan, tetapi juga bisa melahirkan tiran. Dalam hal ini, Firaun menjadi contoh klasik bagaimana korban penindasan bisa berubah menjadi pelaku penindasan baru — sebuah ironi yang terus bergema lintas zaman.
Timeline Singkat: Dari Hyksos hingga Kisah Musa
- ±1650 SM – Invasi Hyksos
Bangsa Hyksos, penguasa asing dari Levant, menaklukkan Mesir Hilir (Delta Nil). Orang Mesir asli sempat menjadi warga kelas dua di tanah airnya sendiri. - ±1550 SM – Kebangkitan Mesir
Firaun Ahmose I dari Thebes berhasil mengusir Hyksos dan mendirikan Dinasti ke-18, yang menjadi awal periode “Kerajaan Baru” (New Kingdom). Mesir kembali bangkit sebagai kekuatan besar. - Kerajaan Baru (1550–1070 SM)
Mesir memperluas wilayah hingga Levant dan Nubia. Bangsa asing yang ditaklukkan, termasuk komunitas Ibrani, dijadikan pekerja paksa atau budak di Mesir. - Era Perbudakan Bani Israil
Menurut tradisi kitab suci, Bani Israil diperbudak dan diperlakukan dengan keras oleh Firaun. Mereka dipaksa bekerja dalam pembangunan dan proyek-proyek kerajaan. - Kisah Musa (sekitar 13–12 SM, versi tradisi)
Nabi Musa diutus untuk menyeru Firaun agar melepaskan Bani Israil. Firaun menolak dengan kesombongan, meski telah diperlihatkan berbagai mukjizat. Akhirnya, Firaun dan bala tentaranya ditenggelamkan, sementara Bani Israil diselamatkan.
tabel ringkas perbandingan Firaun dalam sejarah Mesir vs Firaun dalam kitab suci agar terlihat jelas kontrasnya:
📊 Perbandingan Pandangan tentang Firaun
| Aspek | Sejarah Mesir Kuno | Kitab Suci (Al-Qur’an & tradisi Ibrahimi) |
|---|---|---|
| Latar belakang | Mesir pernah ditaklukkan bangsa Hyksos (sekitar 1650–1550 SM). Orang Mesir asli sempat menjadi kelas dua di negeri sendiri. | Tidak disebutkan soal Hyksos, tetapi konteksnya adalah Mesir sebagai kerajaan besar dengan kekuasaan absolut di tangan Firaun. |
| Peran Firaun | Pahlawan nasional: berhasil mengusir Hyksos dan memulihkan kejayaan Mesir. | Simbol kezaliman: menindas Bani Israil, menolak seruan Nabi Musa, dan mengaku sebagai tuhan. |
| Tindakan terhadap bangsa lain | Setelah bangkit, Mesir memperluas dominasi ke Levant, memperbudak bangsa asing termasuk komunitas Ibrani. | Dikecam karena memperbudak dan menindas kaum lemah (Bani Israil), serta keras kepala menolak kebenaran. |
| Warisan | Dicatat dalam sejarah Mesir sebagai raja besar yang menyelamatkan bangsa dari penjajahan asing. | Dicatat dalam kitab suci sebagai tiran abadi, contoh penguasa zalim yang akhirnya ditenggelamkan. |
| Pesan moral | Kekuasaan Firaun dipandang sebagai kebangkitan Mesir. | Firaun menjadi pelajaran abadi tentang kesombongan, penindasan, dan akibat buruk menolak kebenaran. |